Tips Memilih Lampu Canggih untuk Rumah Tinggal

Tips Memilih Lampu | Ryan Mintaraga
Tips Memilih Lampu | Ryan Mintaraga
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

Lama baca: 3 menit

Pelan tapi pasti, teknologi lampu LED mulai menggeser lampu hemat energi.  Alasannya tentu saja watt yang dibutuhkan lebih kecil untuk menghasilkan tingkat kecerahan yang sama.

Lampu LED juga disebut-sebut tidak menghasilkan panas sehingga ruangan yang diteranginya bisa sedikit lebih adem.  Seperti diketahui, setiap perangkat yang menggunakan listrik akan mengeluarkan panas saat dijalankan.  Panas dari setiap perangkat ini akhirnya terakumulasi di dalam ruangan sehingga lama-kelamaan kita merasa gerah.

Tapi tentu saja yang paling menarik dari lampu LED adalah beberapa diantaranya memiliki fitur canggih seperti:

  1. Sensor gerak, lampu akan menyala apabila menangkap adanya gerakan dalam radius tertentu.
  2. Sensor cahaya, lampu akan menyala apabila kondisi di sekitarnya gelap.
  3. Sensor suara, lampu akan menyala dengan tepukan tangan.
  4. Tricolour, lampu memiliki tiga warna yang aktif bergantian setiap kita mematikan/menyalakan saklar.
  5. Smart bulb, lampu yang terkoneksi dengan WiFi sehingga bisa kita matikan/nyalakan dari mana saja.
  6. CCTV, lampu bisa sekaligus berfungsi sebagai CCTV.
  7. Speaker, lampu bisa sekaligus berfungsi sebagai pemutar musik.
  8. Dan lain-lain, tolong tambahkan jika ada yang tahu.

Nah, lalu bagaimana cara kita memilih lampu yang tepat?

Lumens, Bukan Watt

Saat ini beberapa pabrikan lampu menyertakan informasi tingkat kecerahan produknya dalam satuan lumens.  Ada yang 480 lumens, 800 lumens, 1050 lumens, dll.

Tapi, apa itu lumens?

Definisinya lumayan sulit saya pahami, jadi saya singkat saja bahwa:

Lumens adalah unit pengukuran yang digunakan untuk mengukur kecerahan sumber cahaya (cahaya tampak).  Dalam banyak kasus, semakin tinggi peringkat lumen, semakin terang lampu. Menurut Sistem Satuan Internasional, satu lumen sama dengan satu candela cahaya yang dipancarkan secara seragam di satu steradian (satuan SI untuk sudut yang solid)

https://id.larsonelectronics.com/blog/2018/08/27/larson-electronics/what-is-lumens-and-lux-in-lighting-systems/

Gampangnya, 1 lumens sama dengan cahaya 1 buah lilin.  Jadi, semakin tinggi lumens, lampu semakin terang.

Baca juga:  Cara Cepat Menjadi Selebgram dalam Sehari

Jadi, untuk mengukur tingkat kecerahan lampu saat ini, gunakan lumens, bukan watt.  Ingat kan dengan beberapa merek lampu LED murah yang informasi cahayanya 20 watt tapi kalah terang dengan cahaya yang dihasilkan lampu 7 watt merek ternama?

Kembali ke topik.

Tingkat kecerahan sebuah lampu berkait erat dengan luas ruangan dan beberapa faktor lain.  Lampu yang watt/lumens-nya sama akan menghasilkan tingkat kecerahan yang berbeda ketika dipasang di tempat yang luas ruangannya berbeda.

Nah, untuk mendapatkan tingkat kecerahan yang ideal, kita tentu harus menghitungnya.

Berkenalan dengan LUX

LUX?  Apa lagi ini?

LUX adalah standar tingkat kecerahan per meter persegi sebuah ruangan.  Nilai LUX tiap ruangan tidaklah sama, ada yang harus terang, cukup terang, atau sekedar terang.

Dari hasil Googling, nilai LUX masing-masing ruangan adalah sbb:

  1. Teras, standar pencahayaan: 60 LUX
  2. Ruang tamu, standar pencahayaan: 120 – 150 LUX
  3. Ruang makan, standar pencahayaan: 120 – 250 LUX
  4. Ruang kerja, standar pencahayaan: 120 – 250 LUX
  5. Kamar tidur, standar pencahayaan: 120 – 250 LUX
  6. Kamar mandi, standar pencahayaan: 250 LUX
  7. Dapur, standar pencahayaan: 250 LUX
  8. Garasi, standar pencahayaan: 60 LUX

Nilai LUX di atas adalah standar untuk rata-rata rumah tinggal.  Untuk kantor, misalnya, nilainya beda lagi.

Dari nilai di atas kita bisa mengetahui bahwa ruang tamu, misalnya, cahaya akan terasa kurang terang jika lampu yang kita pasang nilai LUX-nya kurang dari 120 atau sebaliknya terlalu terang jika lampu yang kita pasang nilai LUX-nya lebih dari 150.

Karena itu, kita harus memilih lampu yang tepat.

Halaman berikutnya: Bagaimana Cara Menghitungnya?

Dipublish pertama kali di blog.ryanmintaraga.com.  Copasing diperbolehkan dengan mencantumkan lengkap alamat URL di atas atau dengan tidak menghapus/mengubah amaran ini.  Disclaimer selengkapnya.

Bagikan Jika Artikel Ini Bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Telegram

Tinggalkan komentar