Lama baca: 2 menit
Beberapa waktu belakangan ini di media sosial berseliweran video yang berisi prank terhadap driver ojol. Cara mengerjainya beragam namun intinya satu; nge-prank habis bila perlu sampai psikologis driver ojol yang bersangkutan hancur. Sebagian video prank tersebut memperlihatkan cara mempermainkan Mas ojol dengan pura-pura melakukan order fiktif, sebagian lagi berpura-pura menguji kejujuran driver, sementara ada juga yang berpura-pura uangnya kurang untuk membayar order yang ia pesan.
Kabarnya konten prank semacam itu sedang viral.
Hasilnya bisa ditebak, para content creator berduyun-duyun membuat konten serupa.
Di tengah maraknya konten nge-prank tersebut, tulisan dari seorang netizen di akun facebook-nya berikut ini rasanya layak direnungkan. Tulisan tersebut sudah saya sunting dan koreksi penulisannya, seperlunya.
Kisah Pak Sam si Driver Ojol
“Bang, ada order masuk, nih! Buruan pencet!” terdengar bunyi notif dari salah satu HP di sebuah warung kopi tempat ojol berkumpul.
“Punya siapa, tuh??” teriak salah satu ojol.
“Punya Pak Sam,” jawab ojol lainnya yang berambut gondrong.
“Panggil Pak Sam! Cepat, orangnya nge-chat, tuh,” kata ojol lainnya.
“Pak Sam tidur.”
“Bangunin cepat! Jawab dulu chat-nya! Kasian Pak Sam kalau sampai di-cancel.”
“Pak, Pak Sam. Bangun, Pak. Dapet orderan, tuh,” ojol yang bernama Bambang berusaha membangunkan Pak Sam.
Pak Sam adalah seorang ojol senior. Senior di sini bukan berarti sudah lama jadi ojol, melainkan karena usia yang sudah tidak muda lagi.
Di usianya yang hampir kepala enam, Pak Sam masih berjuang di kerasnya aspal untuk menghidupi keluarganya. Terik matahari dan derasnya hujan tak menghalangi semangat Pak Sam untuk menyelesaikan order dan berjuang mencari nafkah.
Sejak subuh Pak Sam sudah berkeliling menembus dinginnya pagi dan pulang di atas pukul sepuluh malam. Tak jarang Pak Sam pulang menjelang tengah malam karena akun Pak Sam termasuk sulit mendapat order atau ‘AKUN GAGU’ menurut istilah ojol.
Banyak rekannya sesama ojol salut dengan kegigihan dan semangat Pak Sam.
“Hah? Apa–,” Pak Sam tampak bingung karena baru terbangun dari tidurnya.
“Dapat orderan, Pak. Cepat, Pak. Orangnya sudah nge-chat, tadi sudah dijawab sama Agung,” kata Bambang.
Pak Sam pun segera bangun, dilihatnya ada orderan.
Ia mendapat order membelikan sushi sebanyak sepuluh kotak dengan nominal yang cukup besar senilai Rp 975.000. Hampir seluruh uang sakunya harus digunakan untuk membelanjakan pesanan ini.
Pak Sam segera menelepon si pemesan dan mengkonfirmasi pesanannya.
“Iya, siap, Pak. Jadi sepuluh kotak, ya, Pak. Baik, diantar ke Perum Bumi ***uas ***mai II No. M 15,” kata Pak Sam.
Tanpa menunggu lama, Pak Sam meluncur ke sebuah restoran Jepang, memesan sesuai orderan, lalu meluncur ke alamat pengantaran.