Rahasia Kedigdayaan Manga vs Komik Indonesia

doraemon, salah satu pembuka pintu pasar manga di indonesia (duniaku)
doraemon, salah satu pembuka pintu pasar manga di indonesia (duniaku)
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

Lama baca: 5 menit

Komik Indonesia pernah sangat berjaya.

Setidaknya tahun 80-an hingga 90-an adalah masa dimana saya mengenal dan membaca komik-komik Indonesia (selain komik terjemahan dari barat), namun saya yakin masa keemasan komik Indonesia dimulai jauh sebelum itu.

Buktinya bisa netter lihat, nama saya mirip nama seorang komikus terkenal.

Di masa itu saya bisa menyebutkan beberapa judul komik yang pernah saya baca berikut komikusnya antara lain:

  • Sinar Perak dari Selatan, Kapten Halilintar (Jan Mintaraga)
  • Mahabharata (RA Kosasih)
  • Si Buta dari Goa Hantu (Ganes TH)
  • Mandala dari Sungai Ular (Man)
  • Panji Tengkorak (Hans Jaladara)
  • Serial Pendekar Rajawali, Jaka Tuak (Henky)
  • Gina (Gerdi WK)
  • Nusantara (Mater)
  • Gundala Putra Petir (Hasmi)
  • Godam (Wid NS)
  • Dewa Bukit Salju (Yanthi)
  • Lamaut (Joni Andrean)
  • dan lain-lain sila tambahkan sendiri.

Saya sendiri menyukai serial Pendekar Rajawali karya Henky dan Gina karya Gerdi WK.

cover komik jodoh rajawali sakti karya henky (tokokomikantik)
cover komik jodoh rajawali sakti karya henky (tokokomikantik)
cover komik gina, dukun dari tibet karya gerdi wk (planetsuperhero.wordpress)
cover komik gina, dukun dari tibet karya gerdi wk (planetsuperhero.wordpress)

Namun memasuki tahun 90-an, komik Indonesia mati dengan cepat seiring gempuran masif komik Jepang yang lazim disebut manga. Menjelang tahun 2000, praktis tidak ada lagi komik Indonesia yang tersisa. Semua habis dilibas komik Jepang.

Kenapa?

Sudah banyak tulisan yang membahas sebab-musabab habisnya komik Indonesia karena gempuran manga, semoga tulisan ini bisa ikut menambah pengetahuan netter tentang apa yang menjadi keunggulan manga dibanding komik-komik lain, khususnya komik Indonesia.

Tema Cerita yang Beragam

Jujur saya katakan, kualitas manga belakangan ini agak menurun karena tema ceritanya nyaris seragam. Kemungkinan hal itu terjadi karena makin sulit mencari ide cerita yang orisinil atau kemungkinan importir yang hanya berorientasi bisnis, entahlah.

Namun dulu pada awal gempurannya ke Indonesia, manga hadir dengan tema yang beragam mulai cerita jenaka tentang ninja (Natane, Mitsuru Adachi), kisah tentang cinta dan reinkarnasi (Setinggi Langit dan Bintang, Michiyo Akaishi), seni bela diri (Kungfu Boy, Takeshi Maekawa), pahlawan super (Sailor Moon, Takeuchi Naoko), sampai kisah-kisah horor karya Yoko Matsumoto dan kisah cinta remaja karya Yukari Kawachi.

manga jenaka natane karya mitsuru adachi (goodreads)

manga jenaka natane karya mitsuru adachi (goodreads)

Sebagai pembaca, saya suka pilihan tema yang beragam.

Baca juga:  Joker dan Omong Kosong “Orang Jahat Terlahir dari Orang Baik yang Tersakiti”

Citra komik Indonesia saat itu adalah bacaan cowok karena yang membanjiri pasar adalah komik-komik silat dan superhero.

Di saat yang sama manga menyediakan tema yang pas buat pembaca cewek (Candy Candy, Serial Cantik, Sailor Moon).

Pengelompokan manga seperti itu setahu saya dibagi menjadi shonen (manga untuk cowok) dan shoujo (manga untuk cewek), mohon koreksinya.

Detail

Satu hal yang saya kagumi dari para mangaka (komikus Jepang) adalah mereka tak segan bermain dengan detail.

Saat menggambar mobil misalnya, hasil goresan mereka benar-benar menggambarkan mobil yang sesungguhnya; detail rodanya, bentuk lampunya, sampai hal-hal kecil semisal logo sekalipun digambarkan dengan detail.

Begitupun dengan kostum, para mangaka tak segan menggambar secara detail kostum yang sedang dikenakan salah satu tokoh dalam ceritanya.

potongan manga mily magic karya yukari kawachi, perhatikan bahwa mangaka tetep niat menggambar pakaian tokoh-tokohnya dengan detail (mangahere)

potongan manga mily magic karya yukari kawachi, perhatikan bahwa mangaka tetep niat menggambar pakaian tokoh-tokohnya dengan detail (mangahere)

Komikus Indonesia bukannya tidak ada yang perhatian dengan detail seperti itu.

Sepanjang ingatan saya, komikus Indonesia Ganes TH juga sangat memperhatikan detail, begitu juga Hans Jaladara karena tokoh Panji Tengkorak karyanya mengenakan banyak aksesoris sehingga lumayan rumit untuk digambar.

Panel yang Variatif

Inilah keunggulan telak manga terhadap komik lain.

Panel komiknya variatif, satu halaman dalam manga bisa saja terdiri dari beberapa panel (kotak) sebagai berikut:

potongan manga beelzebub karya ryuhei tamura, perhatikan bentuk panelnya yang variatif (komikbacaonline.blogspot)

potongan manga beelzebub karya ryuhei tamura, perhatikan bentuk panelnya yang variatif (komikbacaonline.blogspot)

Komik Jepang kelihatannya tidak terikat pada panel yang lazim digunakan dalam komik yaitu satu halaman yang terdiri dari dua panel – atas dan bawah. Saya bahkan beberapa kali menemukan dua halaman yang habis ‘hanya’ untuk menggambarkan satu adegan – biasanya adegan pertarungan.

Bukan hanya itu, selama ini saya nyaris tidak menjumpai narasi/deskripsi dalam manga sebagai berikut:

potongan manga kungfu boy karya takeshi maekawa, perhatikan bahwa di panel kiri yang menampilkan pemandangan sama sekali tidak ada tulisan (mangaspiral.blogspot)

potongan manga kungfu boy karya takeshi maekawa, perhatikan bahwa di panel kiri yang menampilkan pemandangan sama sekali tidak ada tulisan (mangaspiral.blogspot)

Lihat?

Di panel kiri yang menggambarkan suasana alam, sama sekali tidak terlihat adanya narasi atau deskripsi yang menceritakan suasana desa atau apapun.

Baca juga:  'Flying Colors', Kisah Nyata Murid Cantik & Bodoh Lolos ke Universitas Bergengsi

Sekadar perbandingan, jika di komik Indonesia mungkin sudah ada deskripsi yang kira-kira menggambarkan suasana desa atau kegiatan yang dilakukan sang tokoh.

Imbas dari tidak adanya narasi/deskripsi, pembaca jadi bebas berimajinasi.

Lagipula kita bisa menikmati gambar tanpa terganggu tulisan. Ini menurut saya, mungkin netter punya pendapat berbeda.

Ekspresif

Dalam bahasa sehari-hari mungkin bisa diistilahkan ‘lebay’ atau ‘dramatis’. Faktor ini juga yang menjadi ciri khas manga sekaligus keunggulannya dibanding komik-komik lain.

Perhatikan gambar berikut:

potongan dari manga sailor moon karya takeuchi naoko, apa pesan mangakanya sampai pada pembaca? (rewinnita.wordpress)

potongan dari manga sailor moon karya takeuchi naoko, apa pesan mangakanya sampai pada pembaca? (rewinnita.wordpress)

Dengan melihat gambar di atas saja, saya yakin pesan yang ingin disampaikan pelukisnya sampai ke pembaca. Perasaan hati seorang gadis yang berjumpa dengan pemuda yang disukainya.

Hal semacam itu menjadi keunggulan telak manga terhadap komik lain.

Sekali lagi, mungkin karena kebanyakan komik Indonesia ditujukan untuk pembaca cowok, karakter yang ekspresif seperti itu sulit saya dapatkan dari komik Indonesia.

Dalam hal ini komik Indonesia lebih condong ke komik Barat yang rata-rata mengedapankan sensualitas (fisik) ketimbang perasaan.

Tidak percaya?

Saya ingat beberapa komik yang pernah saya baca menampilkan sosok-sosok perempuan bertubuh sintal dengan mengenakan pakaian yang menonjolkan dada dan pantat serta menyingkapkan paha. Formula ini mirip dengan komikus-komikus Barat saat menampilkan tokoh-tokoh wanita.

Bukannya tidak baik, hanya saja pembaca cewek mungkin kurang suka ‘pertunjukan’ semacam ini, kalau yang cowok sih saya yakin senang-senang saja (atau malah heboh?)

Pemasaran

Saya tidak tahu bagaimana sistem pemasaran komik Indonesia yang hadir berjilid-jilid, apakah menunggu sampai tamat baru dilempar ke pasar atau dicicil setiap minggu/bulan.

Jika sistem pemasarannya menunggu tamat dulu baru dijual, ini berbanding terbalik dengan manga.

Manga berjilid-jilid yang dijual di Indonesia punya jadwal terbit seperti majalah, meski di Jepangnya sendiri sudah lama tamat. Ada juga manga yang di negara asalnya masih terbit.

Baca juga:  The 100, Underrated Series yang (ternyata) Mengejutkan!

Penjadwalan seperti itu akan menimbulkan keterikatan antara pembaca dengan tokoh-tokohnya sekaligus menantang komikus untuk membuat cerita yang lebih fleksibel. Jika pembaca suka dengan ceritanya, jumlah episode bisa-bisa makin banyak.

Dan penerbit memang berperan besar dalam hal ini.

Itulah pendapat saya tentang keunggulan manga (komik Jepang) dibanding komik lain khususnya Indonesia. Tulisan ini dibuat dari sudut pandang saya sebagai pembaca dan penikmat komik segala genre.

Bagi pegiat dan penggiat komik Indonesia, berita bagusnya saya melihat kualitas manga belakangan ini agak menurun seperti yang sudah saya singgung di awal tulisan.

Karena itu, mungkin sekarang saat yang tepat untuk membangkitkan kembali komik Indonesia, apalagi jika penerbit besar bersedia mendukung pemasaran komik Indonesia.

Semoga ada yang bisa diambil dari tulisan saya kali ini. Mohon maaf jika penyampaiannya tidak runut dan sulit dipahami.

Salam komik!

potongan komik gina karya gerdi wk, saya menanti tokoh ini muncul kembali (jualkomiklama.blogspot)

potongan komik gina karya gerdi wk, saya menanti tokoh ini muncul kembali (jualkomiklama.blogspot)

Catatan: Tulisan ini sudah berkali-kali ditayangkan di blog pribadi dan Kompasiana.

Sumber gambar: duniaku

Dipublish pertama kali di blog.ryanmintaraga.com.  Copasing diperbolehkan dengan mencantumkan lengkap alamat URL di atas atau dengan tidak menghapus/mengubah amaran ini.  Disclaimer selengkapnya.

Bagikan Jika Artikel Ini Bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Telegram

Tinggalkan komentar