3+ Software Top Video Editing

3+ Software Top Video Editing | Ryan Mintaraga
3+ Software Top Video Editing | Ryan Mintaraga
Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

Lama baca: 4 menit

Salah satu bidang yang sedang digandrungi remaja masa kini adalah video editing.  Saya rasa tidak perlu dijelaskan lebih lanjut karena saya yakin netter sudah paham apa itu video editing secara garis besarnya.  Saya juga yakin, kegiatan edit-mengedit video ini sudah cukup akrab bahkan bagi ‘orang awam’ sekalipun dengan menggunakan aplikasi yang ada.

Mohon maklumnya, penyebutan ‘orang awam’ di sini maksudnya adalah mereka yang tidak menerima fee atau penghasilan langsung dari aktivitas editing yang dilakukan.  Software yang digunakan pun beragam, mungkin kebanyakan menggunakan aplikasi untuk smartphone.

gambar hanya pemanis (envato)
gambar hanya pemanis (envato)

Tulisan kali ini merupakan sedikit panduan bagi netter yang ingin mendalami video editing dengan lebih serius dan bermaksud menjadikan video editing sebagai aktivitas yang menghasilkan uang secara langsung (terima bayaran setelah ngedit).  Fokusnya adalah software apa yang digunakan video editor profesional (mereka yang berprofesi sebagai video editor).

Saat ini, rata-rata lowongan sebagai video editor mensyaratkan kemampuan penguasaan – setidaknya – satu dari beberapa software editing profesional yang akan dibahas kali ini.  Namun sebelum kita mulai, apa yang dibahas di sini mungkin sudah tidak update, tergantung kapan netter mengunjungi tulisan ini.  Tulisan ini juga pada dasarnya adalah opini, jadi bisa saja kurang tepat.

Mari kita mulai, penyebutan software semata berdasarkan urutan abjad.

Adobe Premiere Pro

adobe premiere pro timeline (nofilmschool)
adobe premiere pro timeline (nofilmschool)

Saat ini Adobe Premiere Pro diakui sebagai software video editing profesional terpopuler oleh beberapa kalangan diantaranya PCMag.

Keunggulan Adobe Premiere Pro adalah integrasinya dengan software keluarga Adobe lainnya seperti PhotoShop dan After Effects.  File yang kita buat di PhotoShop, misalnya, bisa langsung dicemplungkan ke timeline Premiere – lengkap dengan layer-layernya.

Baca juga:  Nge-Prank Driver Ojol, Dikecam Sekaligus Ditunggu?

Kemampuan Premiere melahap berbagai format file tanpa convert juga menjadi daya tarik tersendiri.  Apapun format file master syuting, hampir semuanya bisa langsung dimasukkan ke timeline Premiere.  Premiere juga banyak didukung plugin buatan pihak ketiga untuk makin mempermudah proses editing.

Karena kepraktisan penggunaan dan kemampuannya melahap banyak file, beberapa stasiun televisi (kebanyakan stasiun televisi lokal) dan umumnya production house menggunakan software Adobe Premiere Pro.

Software ini tersedia untuk komputer berbasis Windows maupun MacOS.  Nilai plusnya lagi, komunitas dan tutorial untuk Premiere banyak tersedia di internet.

Mungkin yang menjadi kelemahan software ini adalah harga berlangganannya yang – yaah – cukup lumayan.

Apple Final Cut Pro

final cut pro timeline (pluralsight)
final cut pro timeline (pluralsight)

Sering disingkat FCP, Final Cut Pro banyak digunakan oleh stasiun televisi dan production house besar.  Alasan utamanya adalah ekosistem.  Ya, Mac pada dasarnya membangun ekosistem.

Dulu, file-file yang dibuat di Mac tidak bisa dibuka di Windows.  Bahkan hardisk eksternal yang nyolok di Mac tidak akan dikenali di Windows.  Tapi itu dulu.  Sekarang Mac sudah lebih ramah pada pengguna Windows.

Oke, kembali ke topik.

Selain ekosistem, hasil render FCP disebut-sebut tidak turun kualitasnya.  Konsekuensinya, ukuran file pun jadi lebih besar.

Selain itu, software FCP sistemnya sistem beli putus, jadi tidak ada biaya berlangganan.  Artinya, meski harganya tidak murah, untuk pemakaian jangka panjang jadinya lebih ekonomis karena pengguna tidak lagi dipusingkan dengan biaya berlangganan.

Kelemahannya, Final Cut Pro hanya tersedia untuk komputer berbasis MacOS.

BlackMagic DaVinci Resolve

davinci resolve timeline (ymcinema)
davinci resolve timeline (ymcinema)

Begitu kita membuka situsnya, kita akan disuguhi video yang sepertinya merupakan portfolio DaVinci Resolve.  Yang mengejutkan, video itu menampilkan beberapa potongan film produksi Marvel.

Baca juga:  Indonesia seperti Inikah yang Akan Kita Wariskan pada Anak-anak Kita?

Awalnya, fokus utama DaVinci Resolve adalah color grading, setahu saya.  Fitur editingnya memang ada, hanya saja lebih simpel dibanding dua software yang saya bahas sebelumnya, entah dengan versi terbarunya.

Kelebihan DaVinci Resolve adalah software ini gratis!  Benar-benar gratis.  Selain itu Resolve bisa berjalan di komputer berbasis Windows, MacOS, maupun Linux.  Ini tentu kabar baik bagi netter yang ingin mencari software editing video yang bagus untuk Linux.

Selain versi gratisnya, ada juga versi berbayar.  Juga, untuk lebih mengoptimalkan penggunaan Resolve, tersedia juga hardware consolenya seperti remote, control panel, dsb.  Jadinya memang seperti sistem editing linear jaman dulu.

Sampai saat ini hanya beberapa production house saja yang menggunakan DaVinci Resolve karena kebanyakan penggunaannya lebih ke color grading.  Production house yang menggunakan Resolve adalah PH yang terlibat dalam produksi film layar lebar atau video clip.

Oh, dan jangan lupa, Resolve butuh komputer ber-spek lumayan tinggi.

Nah, itulah software-software video editing profesional yang bisa netter tekuni apabila ingin berkarir sebagai video editor.  Di luar ketiganya masih ada Avid yang – mungkin – masih digunakan di production house yang memproduksi sinetron.

Sekadar tips tambahan, sebaiknya kuasai juga software tambahan seperti Adobe After Effects.  Itu akan menjadi nilai tambah apabila netter berniat menjadi video editor profesional.

Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat.  Sudah menentukan mau belajar apa?

Referensi & Tautan Luar:

  1. The Best Video Editing Software for 2022, PCMag
  2. Adobe Premiere Pro, Official Website
  3. Final Cut Pro, Official Website
  4. DaVinci Resolve, Official Website
  5. Avid, Official Website
  6. Adobe After Effects
Sumber gambar: Envato Elements

Dipublish pertama kali di blog.ryanmintaraga.com.  Copasing diperbolehkan dengan mencantumkan lengkap alamat URL di atas atau dengan tidak menghapus/mengubah amaran ini.  Disclaimer selengkapnya.

Bagikan Jika Artikel Ini Bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
WhatsApp
Telegram

Tinggalkan komentar