Lama baca: 4 menit
Hujan tanpa henti yang mengguyur Jakarta tepat di malam Tahun Baru 2020 mengakibatkan banjir yang disebut-sebut sebagai yang terparah. Tidak hanya di Jakarta, banjir besar tercatat melanda Bekasi, Tangerang, Banten, Depok, Karawang, Bandung, NTT, bahkan tol Cipali. BMKG sendiri menyebut penyebab banjir kali ini adalah curah hujan yang sangat tinggi, bahkan tertinggi sejak tahun 1996.
“Curah hujan kemarin adalah yang tertinggi selama 24 tahun terakhir berdasarkan data sejak 1996,” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kepada detikcom, Kamis (2/1/2020).
https://news.detik.com/berita/d-4843412/jabodetabek-banjir-curah-hujan-1-januari-2020-tertinggi-selama-24-tahun
Alhamdulillah tempat tinggal saya terletak di lokasi yang tinggi sehingga selama lebih dari 14 tahun relatif aman dari banjir meski saya tinggal di kawasan langganan banjir.
Hanya saja saya terkena dampak ikutan dari banjir berupa pemadaman listrik. Lamanya pemadaman sangat tergantung dari ketinggian air karena gardu pensuplai listrik ada di titik terbawah kawasan yang terendam banjir. Sejauh ini, pemadaman listrik paling parah terjadi tahun 2015 dimana waktu itu listrik padam selama 11 hari.
Lewat tulisan ini saya hendak berbagi informasi mengenai apa saja yang perlu disediakan dan dilakukan saat terjadi pemadaman listrik.
Apa yang Harus Disediakan?
Genset
Saat ini tersedia beragam pilihan genset termasuk genset mini, sila pilih sesuai kebutuhan dan dana yang ada.
Karena kebutuhannya untuk survival selama listrik padam, prioritaskan genset untuk hal-hal penting seperti mengisi ulang lampu darurat (emergency light), power bank, ponsel, dan lain-lain.
Saya sendiri waktu itu menggunakan genset untuk menyalakan dispenser air panas (saya punya bayi yang minum sufor). Jadwal nyala genset adalah pagi dan sore hari untuk penerangan rumah sejak pukul 18.00 sampai 22.00.
Emergency Light: Lebih dari Satu
Begitu genset dimatikan, saat itulah tugas emergency light sebagai penerangan sepanjang sisa malam dimulai. Untuk keperluan itu, pilih emergency light yang mampu menyala setidaknya lima jam nonstop. Selain itu sediakan emergency light lagi yang dinyalakan hanya saat diperlukan, misalnya ke kamar mandi.
Penggunaan lampu tenaga matahari juga layak dipertimbangkan. Di rumah saya ada lampu tenaga matahari yang bisa menyala nontstop sejak pukul 18.00 hingga 01.00.
Senter? Perlu
Selain menggunakan emergency light, untuk mobilitas dalam gelap kita bisa menggunakan senter. Terserah senternya seperti apa, apakah yang menggunakan baterai sekali pakai atau yang bisa diisi ulang berkali-kali, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Saat ini di pasaran sudah banyak tersedia senter LED yang dijual dengan harga murah, apalagi senter LED umumnya memiliki tingkat keterangan yang baik.
Lilin dan Korek, Hati-hati
Meski saya kurang menyarankan penggunaan lilin dan korek, harganya yang sangat murah membuat kedua penerangan tradisional ini hampir selalu ada dan jadi pilihan pertama yang diingat orang ketika terjadi pemadaman listrik.
Yang harus diperhatikan sewaktu menggunakan lilin dan korek adalah jangan sampai penggunaannya malah menimbulkan risiko yang lebih besar lagi berupa kebakaran.
Apa yang Harus Dilakukan?
Selama pemadaman listrik, yang perlu dilakukan pada dasarnya adalah mengurangi mobilitas yang dirasa tidak perlu sehingga bisa menghemat penggunaan alat bantu penerangan seperti senter, lilin, dan lain-lain.
Sekadar berbagi pengalaman, yang saya lakukan ketika terjadi pemadaman listrik adalah sebagai berikut:
Pertama, Tempatkan Barang-barang yang Diperlukan di Satu Titik
Bagi sebagian orang, kunci rumah, kunci motor, kunci mobil, dompet, ponsel, dan sebagainya merupakan barang yang diperlukan dalam keadaan darurat sehingga barang-barang tersebut sebaiknya ditempatkan di satu titik.
Bagi para ibu, mungkin termos berisi air panas, air putih, susu, dan botol minum untuk bayi merupakan barang-barang penting sehingga perlu ditempatkan di satu titik.
Jangan lupa bahwa lilin dan korek pun sebaiknya disatukan penempatannya.
Penempatan beberapa barang di satu titik akan memudahkan kita menemukan barang-barang tersebut jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Tips Kedua, Letakkan Penerangan yang Aman di Samping Tempat Tidur
Begitu tiba waktu tidur, saya biasa meletakkan senter atau penerangan lain di samping saya – dalam keadaan off. Jadi, ketika emergency light mati, saya tidak perlu panik meraba dalam gelap untuk mencarinya. Saya tinggal meraba ke samping mencari senter dan ‘klik!’ gelap pun sirna.
Terakhir, Aktifkan Perangkat Komunikasi Bergantian
Ya, kita tidak tahu sampai berapa lama pemadaman listrik berlangsung, karena itu biasanya saya mengaktifkan perangkat komunikasi secara bergantian. Yang satu aktif, lainnya dimatikan. Begitu yang satu mati, giliran perangkat kedua yang diaktifkan, begitu seterusnya. Jika perlu, saya hanya sesekali mengaktifkan data.
Jadi, walau listrik padam, kita masih bisa melakukan komunikasi penting dengan keluarga dan/atau kerabat untuk tahu kondisinya.
Itulah sedikit tips survival sewaktu terjadi pemadaman listrik. Sila tambahkan jika ada pendapat lain.
Referensi & Tautan Luar:
- Jabodetabek Banjir, Curah Hujan 1 Januari 2020 Tertinggi Selama 24 Tahun (Detik)
- Awal 2020, Ini Daftar Wilayah di Indonesia yang Terendam Banjir (Kompas)