Lama baca: 4 menit
Trotoar yang Lega
Ini yang jadi fokus utama saya sebagai pejalan kaki.
Saya ingat betul trotoar di sekitar sini dulunya kurang nyaman meski cukup lebar. Beberapa pengguna jalan di sekitar situ pasti tahu di sekitar JPO banyak pedagang kaki lima, penerangan yang redup, juga ada sedikit bau pesing. Trotoarnya pun tidak rata.
Sekarang?
Yang saya lihat dan rasakan adalah tidak ada pedagang kaki lima, tidak ada bau pesing, trotoarnya rata, dan tentu saja lebar.


Trotoar yang lebar tersebut juga mendukung akses bagi kaum tunanetra dengan dipasangnya guiding block yang lurus. Peletakan guiding block ini juga relatif aman karena dipasang di bagian trotoar yang cukup jauh dari jalan raya.

Kemudian, ini yang saya suka, di trotoar ini – agak menjorok – ada tempat duduk. Tempat duduk ini untuk memfasilitasi pejalan kaki yang kelelahan seperti saya. Penempatan ini mungkin dimaksudkan agar penggunanya tidak mengganggu pejalan kaki, begitupun sebaliknya.

Meski demikian, saya yakin kebanyakan pengguna tempat duduk ini adalah kaum perokok. Hal itu diperkuat dengan puntung rokok yang bertebaran di sekitar tempat duduk.

Tidak jauh tempat duduk tersebut ada tempat sampah yang dipisahkan antara sampah organik, anorganik, serta sampah B3.
Pertanyaannya, kenapa kaum perokok tidak membuang puntungnya di tempat sampah itu ya, padahal jaraknya ‘kan dekat.

Tanaman di Pinggir Trotoar? Sebenarnya Apa Fungsinya?
Jika diperhatikan trotoar di sepanjang kawasan ini dipisahkan dari badan jalan dengan dipasangi tanaman yang lebarnya lumayan sbb:

Awalnya saya menyangka fungsi tanaman ini semata hiasan sekaligus penyerap karbon, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan lingkungan.
Namun ternyata tanaman ini memiliki fungsi lain sebagai pagar. Ya, pagar.
Bagi pengguna jalan yang ingin naik bus, tanaman ini tak mungkin dilompati sehingga mau tidak mau ia harus menuju halte terdekat.
Bagi saya penggunaan tanaman sebagai pagar ini jelas jauh lebih baik dibanding penggunaan pagar besi. Fungsional dan indah.
Ini Dia, GrabWheels!
Trotoar yang lega ini beberapa kali saya lihat jadi tempat bermain kaum muda. Saya pernah lihat tempat ini jadi latihan skateboard.
Yang paling sering ditemui di sini adalah berseliwerannya pengguna GrabWheels, bahkan hingga malam hari. GrabWheels sejatinya adalah moda transportasi untuk mobilitas jarak pendek di sekitar kawasan, namun saat ini kelihatannya lebih populer sebagai ‘permainan’.
Nah bagi pengguna jalan yang ingin merasakan GrabWheels, kebetulan saya menemukan tempat penyewaannya di Ratu Plaza.

Jangan lupa patuhi aturan penggunaannya.

Jakarta Memang Berubah
Dalam beberapa tahun ini, saya menilai Jakarta memang berubah, membenahi diri secara bertahap, tentunya. Di kawasan sekitar saya tinggal juga saat ini sedang dilakukan pelebaran trotoar, meski spesifikasinya berbeda dengan kawasan bisnis Sudirman Thamrin.


Sebagai pejalan kaki, saya tentu senang dengan perubahan ini. Jakarta memang harus ramah bagi pejalan kaki.
Baca juga: Annual Pass Dufan, Bayar Sekali untuk Gratis Setahun Penuh!
Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat!
Satu pemikiran pada “22 Foto Jakarta 2019, Jakarta yang Berubah”